KH Syamsul Bahri,Tawassul Dibolehkan Dalam Islam

MAKASSAR,- Sekertaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA dalam kajiannya mengatakan tawassul dibolehkan dalam Islam.

Lebih lanjut KH Syamsul Bahri mengatakan tawassul kepada Nabi Muhammad saw bukan hanya dilakukan umat Islam masa kini. Bertawasul juga dilakukan oleh Nabi Nuh yang terkenal dengan mukjizatnya sebagai pembuat bahtera. Yaitu ketika berkata:
﴿۞ وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾
[ هود: 41]

Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya”. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tawassul diatas dengan bacaan dan amal sholeh yaitu mencari sebab-sebab keselamatan dan sebab diijabah doa.

“Bahkan, tawassul kepada Nabi Muhammad saw juga dilakukan Nabi Adam ketika memohon ampun kepada Allah swt, yaitu saat tobat dari makan buah khuldi dengan mempersaksikan Nabi Muhammad yang namanya tertulis di arasy Allah swt. “ungkapnya saat mengisi kajian di Masjid Cheng Hoo Gowa pada Selasa (3/10/2023).

Lanjutnya, rasullullah juga pernah bertawassul sebagaimana doa yang diajarkan dalam hadis:
“Ya Allah…Sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan kemuliaan semua orang yang memohon kepadamu. Dan aku memohon kepadaMu dengan berkah perjalananku ini. Sesungguhnya aku tidak keluar (menuju masjid) dengan Sikap Angkuh, Sombong, Riya’ ataupun Sum’ah. Aku Keluar (menuju masjid) demi menghindari murkaMu dan mengharapkan ridhaMu. Oleh karena itu, aku memohon Engkau berkenan melindungiku dari siksa neraka, dan mengampuni semua dosaku. Sesungguhnya, tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali engkau.” (Barangsiapa yang membaca doa ini), maka Allah menyambutnya dengan wajahNya (kekuasaanNYA) dan 70 Ribu Malaikat memohonkan ampun untuknya (Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Ahmad).

KH Syamsul Bahri juga mengisahkan hadis Rasulullah yang menceritakan tiga pemuda terjebak dalam gua batu.

“Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: ‘Aku mendengar rasulullah bersabda: Ada tiga orang sebelum kalian sedang bepergian. Mereka lalu menginap di sebuah gua. Tiba-tiba batu besar terjatuh dari gunung lalu menutupi pintu gua tempat tiga pemuda ini berlindung.

Tidak ada celah sedikitpun di bibir gua yang bisa menjadi pintu untuk keluar dari gua. Kemudian mereka berkata, ‘Kalian tidak akan selamat dari batu besar ini kecuali jika kalian berdoa kepada Alah dengan menyebutkan amal baik kalian.’

Salah seorang dari mereka berkata, Ya Allah, aku memiliki dua orangtua yang sudah tua dan lanjut usia. Aku tidak pernah memberi susu di malam hari kepada keluarga dan budakku, sebelum memberi minum kepada kedua orangtuaku.

Suatu hari, aku mencari sesuatu, ketika aku pulang ternyata mereka berdua telah tidur. Aku memerah susu dan aku dapati mereka sudah tertidur. Aku enggan memberikan susu tersebut kepada keluarga atau budakku, sementara aku menunggu sambil membawa gelas sampai mereka berdua bangun.

Ternyata mereka baru bangun ketika subuh. Setelah keduanya bangun, mereka meminum susu tersebut sebelum keluargaku meminumnya juga. Ya Allah, jika aku melakukan itu semua karena mengharap ridha-Mu, maka bantulah kami agar terlepas dari batu besar ini.’

Batu besar tersebut tiba-tiba terbuka sedikit, tapi mereka masih belum dapat keluar.

Rasulullah lantas melanjutkan ceritanya, ‘Kemudian yang lain pun berkata, “Ya Allah, dulu aku punya sepupuh putri pamanku yang sangat aku cintai. Kemudian berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku, dan aku pun memberinya uang 120 dinar. Tapi aku memberikan syarat agar ia mau berzina denganku. la pun mau menerima tawaran itu.

Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, ia berkata, “Tidak halal bagi kamu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar (nikah).’ Aku kaget dan langsung meninggalkannya, padahal dia adalah orang yang paling aku cintai.

Aku juga meninggalkan emas (uang dinar) yang telah aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka bantulah kami agar terlepas dari batu besar ini.’

Rasulullah bercerita lagi, selanjutnya pemuda ketiga pun berkata, ‘Ya Allah, dulu aku pernah mempekerjakan beberapa pegawai, dan aku memberikan gaji pada mereka, kecuali satu orang.

Aku kembangkan uang gajinya hingga menjadi banyak. Suatu saat, ia mendatangiku, lalu bertanya, ‘Wahai hamba Allah, bagaimana dengan gajiku dulu?’ Aku berkata kepadanya, ‘Setiap yang engkau lihat itulah gajimu dulu, yaitu ada unta, sapi, kambing dan budak.’ la pun berkata, Wahai hamba Allah, jangan bercanda!’ Aku menjawab, ‘Aku tidak bercanda.’

Ia lalu mengambil semua harta tersebut tanpa tersisa sedikit pun. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka bantulah kami agar terlepas dari batu besar ini.’

Gua itu pun tiba-tiba terbuka. Batu besar yang menutupi bagian pintu gua hancur atas kehendak Allah swt. Tiga pemuda ini bisa keluar dengan selamat dari dalam gua.

KH Syamsul Bahri menutupnya dengan mengutip ayat dalam Alquran:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung (QS Al-maidah: 35)

Ia menjelaskan pada hakikatnya, esensi dari tawassul sendiri adalah berdoa dan etika kepada Allah swt dengan menyebut amal sholeh atau orang dekat kepada Allah sebagai pengakuan orang berdoa itu atas keutamaannya seperti Nabi Muhammad saw.

Tujuan dari doa sambil bertawassul adalah agar Allah swt ijabah karena keutamaan orang atau amal yang disebut mengiringi hajat yang berdoa karena Dialah Allah swt satu-satunya Dzat yang berhak dimintai pertolongan.

Sementara, sesuatu yang dijadikan media  bertawasul bisa nabi, orang shalih, maupun amal perbuatan- hanyalah  sebab untuk mendekatkan diri kita kepada Allah swt sehingga doa yang kita panjatkan bisa diijabah, tutupnya.

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *