Oleh:
Dr. H. Abdul Wahid, MA
(Muballigh & Akademisi Makassar)
Kebutuhan masyarakat terhadap Polri begitu penting dan mendasar seiring dengan kebutuhan rasa aman dalam kehidupannya sebagai manusia normal. Artinya keberadaan Polri di tengah masyarakat bagaikan gula dan semut yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam perspektif agama setiap muslim sehari-hari dianjurkan banyak berdo’a “Ya Tuhan anugerahkan kepadaku kehidupan dunia yang hasanah (baik) dan akhirat yang hasanah (baik) serta jauhkan aku dari siksa neraka”. Salah satu ukuran kehidupan yang hasanah (baik) di dunia yakni ketika seorang muslim merasakan damai dan aman di lingkungannya masing-masing, sehingga dengan kondisi tersebut mereka leluasa untuk beraktifitas, mencari nafkah dan lain sebagainya.
Dengan demikian, setiap manusia pasti mengiginkan kondisi aman di lingkungannya masing-masing, dalam konteks itulah secara yuridis dan moral negara harus mampu tampil memberikan rasa aman kepada setiap warga negara dan perpanjangan tangan dari negara menurut undang-undang yang paling berwenang untuk mewujudkan rasa aman tersebut ialah institusi Polri.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai anggota Polri saat ini bukanlah hal yang mudah, mengingat kondisi dan perkembangan kehidupan masyarakat yang terus berubah secara cepat dan massif termasuk model dan modus kejahatan pun kian beragam terutama di dunia maya hal ini sebagai akibat dari kemajuan teknolgi informasi yang tak terbendung.
Karena itulah dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dari setiap anggota Polri dan memberikan pelayanan kepada masyarakat salah satu diantaranya adalah penguasaan masalah secara holistik yang terjadi di lapangan serta berupaya mencari solusi dengan menerapkan pola-pola komunikasi yang baik untuk mencari solusi dari masalah yang terjadi.
Tersebar informasi baru-baru ini salah satu personel kepolisian dari Polsek Ujung Tanah, Polres Pelabuhan berhasil menyelesaikan masalah di tengah masyarakat secara kekeluargaan demikian diungkapkan Kasi Humas Polres Pelabuhan Makassar, Iptu Hasrul.
Kasus yang berhasil diselesaikan secara damai dan penuh kekeluargaan tersebut oleh salah satu anggota Polda Sulsel di Kecamatan Ujung Tanah Makassar mendapat apresiasi dari kalangan akademisi dan tokoh agama di Makassar (Dr. Abdul Wahid), menurutnya walaupun kelihatannya sederhana namun konteks ini harus dipahami sebagai salah satu keberhasilan anggota Polri dalam menjalankan tugas pengayoman kepada masyarakat, tanpa harus terburu-buru membawanya ke meja pengadilan.
Penyelesaian masalah dengan cara kekeluargaan sejatinya harus di kedepankan oleh kita sebagai bangsa jika memang hal tersebut memungkinkan, agar hubungan kekeluargaan tetap terjaga dengan baik. Karena itu apa yang dilakukan oleh salah satu anggota Polri tersebut di atas, adalah sangat baik dan relevan dengan kultur masyarakat Sulsel yang selama ini dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dengan slogan siri’ na pacce .
Siri’ na pacce pada hakikatnya adalah kesadaran emosional untuk menanamkan budi pekerti yang sesuai tatanan alami bumi dan kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Tunduk, patuh, malu, dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari karena di dalamnya ada suasana saling menghargai dan sebagainya.
Pola komunikasi yang humanis dan persuasif seperti yang terapkan di atas oleh anggota Polri adalah salah satu model yang sangat baik dan perlu ditiru oleh anggota yang lain baik di lingkup Polda Sulsel maupun daerah lainnya di Indonesia, karena dengan pola-pola komunikasi tersebut kemudian membuat hubungan antara masyarakat dan Polri akan semakin baik dan menjadikan citra kepolisian di tengah masyarakat semakin positif.