GOWA,- Mahasiswa KKN UNHAS di KEJARI GOWA gel 112 melakukan program kerja bersama kejaksaan negeri gowa yaitu podcast dengan mengangkat tema jaksa menyapa : menegakkan hukum di era digital melawan judi online
Di era digital yang serba terhubung ini, kemudahan akses internet telah membuka gerbang baru bagi berbagai aktivitas, termasuk perjudian. Judi online, yang dulunya hanya terbatas di kasino fisik, kini telah menjelma menjadi fenomena global yang merambah hampir setiap sudut dunia maya.
Dengan godaan iming-iming keuntungan dan kemudahan akses, judi online bagaikan candu tersembunyi yang menjerat banyak penggunanya. Platform media sosial seperti Instagram, Telegram, dan Twitter menjadi ladang subur bagi para bandar untuk menjangkau mangsanya, tak terkecuali remaja dan bahkan aparat publik.
Perjudian online, dalam berbagai bentuknya seperti slot, togel, poker, dan judi bola, menawarkan kenyamanan dan bonus menarik yang menggoda. Pemain tak perlu lagi repot bepergian ke kasino, cukup dengan perangkat komputer atau ponsel di genggaman, mereka dapat langsung bertaruh dan merasakan sensasi perjudian.
Namun, di balik gemerlap dan kemudahannya, judi online menyimpan bahaya laten yang siap menjerat. Kecanduan menjadi salah satu risiko utama. Kemudahan akses dan ketersediaan permainan 24 jam tanpa henti dapat membuat seseorang terjebak dalam lingkaran perjudian yang tak terkendali.
Menyadari bahaya laten judi online, pemerintah dan aparat penegak hukum tak tinggal diam. Berbagai upaya dilakukan untuk memberantas judi online, mulai dari pemblokiran situs web, penangkapan bandar, hingga edukasi masyarakat tentang bahaya judi online.
Namun, upaya ini takkan berarti tanpa partisipasi aktif masyarakat. Kesadaran dan kewaspadaan individu menjadi kunci utama untuk memerangi judi online. Jauhi godaan judi online, lindungi diri dan keluarga dari jeratannya.
Kecanduan judi online tak hanya membawa masalah finansial, tetapi juga merenggut kebahagiaan. Hubungan sosial terganggu, kesehatan mental terancam, dan masa depan yang suram menjadi konsekuensi yang harus ditanggung.
Di balik layar judi online, terdapat bandar-bandar yang mengeruk keuntungan dari jeratan para pemain. Ironisnya, tak hanya bandar yang terancam pidana, para pemain pun terjerat dalam pasal 27 ayat 2 UU No. 11 Tahun 2008 dan pasal 45 ayat 2 UU No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU atas No. 11 Tahun 2008, dengan ancaman hukuman penjara maksimal 6 tahun dan denda paling banyak 1 miliar rupiah.
Judi online bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi menawarkan kemudahan dan keuntungan semu, di sisi lain membawa kehancuran dan penyesalan.
Marilah kita jaga diri dan orang-orang di sekitar kita dari jeratan judi online. Pedulilah terhadap bahaya yang mengintai, jauhi godaan semu, dan alihkan perhatian pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat. Bersama, kita lawan judi online! ( KKN UNHAS )