Makassar – Balai Pengelola Kereta Api (BPKA) Sulsel dinilai lalai dalam mengelola Kereta Api Trans-sulawesi. Dimana selama beroperasi sudah dua kali warga tewas tertabrak rel kereta api.
Sebelumnya telah dialami Lasuddin (52) di area terowongan KA Bottolai, Kabupaten Barru pada (1/2/23) yang lalu.
Pada hari Jumat lalu (19/7/24) hal serupa kembali terjadi di Daerah Bujung Palla, Desa Pancana, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru dimana korban Yali (75) meninggal di tempat setelah tertabrak kereta.
Dewan Pendiri Forum Pemerhati Kesehatan dan Keselamatan Kerja (FPK3) Sulawesi Selatan Sulhadrianto, menilai pihak pengelola BPKA Sulsel lalai
dalam mengantisipasi hal tersebut.
“Seharusnya pihak pengelola kereta api sudah memasang rambu-rambu dibeberapa titik jalur rel kereta api yang dinilai rawan dilintasi warga.” ujarnya Kamis (25/7/24).
“Karena dari hasil investigasi kemarin di Pangkep dan Barru nampak tidak ada rambu-rambu yang terlihat di area lintasan rel yang kerap dilintasi warga,” lanjutnya.
“Orang bisa saja masuk di lintasan Rel kereta jika tidak ada rambu-rambu yang terpasang.” kata Husnul.
Lanjut Dia Katakan, Contoh di jembatan biru Maros kadang banyak anak-anak muda duduk di sekitar area jembatan itu dikarenakan tidak adanya rambu-rambu dan pengawasan dari pihak terkait.
“Harusnya pihak pengelola sudah memasang rambu-rambu itu, dan Seharusnya pihak balai sadar akan hal itu jangan tunggu ada korban baru lagi, Apalagi disini banyak petani dan peternak seharusnya ada rambu-rambu khusus yang disiapkan,” lanjutnya.
“Untuk itu FPK3 Sulsel akan melakukan Kajian terkait hal ini dan segera melakukan konsolidasi bersama seluruh Pengurus FPK3 Sulsel untuk Turun ke jalan melakukan Aksi demonstrasi,” tutupnya.