Menang Pilkada dengan pendekatan Political Science

oleh : anwar abugaza 

(founder meagadata dan penulis buku socialmediapolitica)

Realita politik saat ini tak lepas dari peran media sosial. mulai dari facebook dan twitter yang meramaikan pemilu di Amerika serikat tahun 2008, di mana Barack obama menjadi pelopor kampanye trans-media pertama pada abad 21. di indonesia sendiri mulai pada pemilu 2014, penggunaan media sosial semakin meroket sebagai media kampanye. 

Merujuk pada pemilu presiden tahun 2024 media sosial memiliki efek yang siginifikan terhadap keterpilihan kandidat nomor 02 yaitu Prabowo subianto dan Gibran rakabuming raka. Menurut litbang kompas (2024) lebih dari 39% pendukung mengaku bahwa konten yang mereka konsumsi di media sosial memengaruhi mereka. 

Berdasarkan hal itu, menjelang pilkada 2024 pada bulan november nanti, sudah banyak kepala daerah yang mengikuti jejak para capres tersebut. 

namun faktanya, sudah menggunakan media sosial dan memiliki tim yang komplit, tapi tidak berefek signifikan terhadap elektoral seorang kandidat calon kepala daerah? 

Menjawab pertanyaan di atas kita akan telisik lebih jauh, mengapa prabowo-gibran bisa optimal menggunakan media sosial dan menghasilkan kemenangan. hal ini tak lain karena mereka menggunakan media sosial secara terarah, efektif dan tepat sasaran. bagaimana caranya? tak lain karena mereka membuat konten berdasarkan data political science. 

Political science mengajari kita untuk mulai pada pertanyaan apa spesifikasi pemilih dan permasalahannya? apakah mereka senang dengan banyaknya atribut yang tersebar dipinggir-pinggir jalan? apakah mereka senang hadir acara- acara politik bertemu dengan calon? atau justru sebaliknya? konten apa yang mereka sukai dan seterusnya. semua ini harus dijawab dengan data dan penelitian/riset. 

Saat ini ada dua cara mengetahui preferensi pemilih yaitu; pertama,bertanya langsung ke masyarakat dengan teknik survei, hal ini sering dilakukan oleh lembaga survei semisal LSI, SMRC, poltracking dkk. kedua, dengan monitoring postingan, percakapan pada media sosial dan media online untuk mengetahui keresahan warganet atas pribadi dan persoalan yang mereka alami yang bisa dihubungkan dengan politik pemilihan saat ini. 

Mengutip pernyataan dari konsultan tim kampanye prabowo gibran, yaitu Ipang wahid dalam sebuah podcast menyatakan pentingnya data dalam membentuk persepsi dalam membuat konten sebagai media menyampaikan pesan komunikasi politik kandidat. ia menyebutkan ketika membuat konten, harus berangkat dari data, yaitu data hasil survei online yang ia buat. itulah kelebihan yang dimiliki oleh tim komunikasi politik prabowo- gibran. 

Dengan data kita tahu apa yang dibutuhkan oleh market atau khalayak. “jangan membuat sesuatu yang tidak bisa dijual”. jangan sampai kita membuat konten yang menurut kita bagus tapi tidak sesuai dengan kebutuhan khalayak. buatlah konten yang dapat dijual sesuai dengan target khalayak atau audiens. semua itu dapat dilakukan berdasarkan data. wajib kita mempelajari perilaku pemilih dan kebutuhan pemilih sebelum membuat konten. 

Sebagai contoh lagu “oke gas” yang viral di tiktok dijadikan lagu kampanye prabowo-gibran karena tim komunikasi politik melihat bagaimana lagu itu disukai oleh warga tiktok, sehingga mudah memasukkan pesan politik tersebut melalui lagu tersebut. itu salah satu bagaimana mereka membuat konten yang disesuaikan dengan kebutuhan atau kesukaan audiensnya yang rata-rata anak muda atau gen z. mereka tidak perlu repot-repot menciptakan lagu baru, tapi memakai yang sudah ada, viral, dan mampu mempersuasi dengan cepat audiensnya. 

Mereka juga melihat data hasil survei-survei tingkat kepuasan terhadap presiden jokowi yang rata-rata diangka tinggi, salah satunya survei yang dirilis lembaga survei indonesia (LSI) awal desember 2023, tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan presiden jokowi mencapai 76 persen. 

berdasarkan data tersebut, tim prabowo- gibran memanfaatkannya dengan membuat konten baik foto maupun video-video yang menunjukkan kedekatan prabowo dengan presiden jokowi. persepsi yang ingin dibangun adalah prabowo orang yang direstui dan akan melanjutkan kemajuan yang telah dibuat oleh jokowi. 

Maka dapat disimpulkan, bahwasanya dalam era teknologi digital ini apa yang ingin kita buat harus berdasarkan data. data adalah kunci. karena seyogianya kampanye adalah seni mempengaruhi dengan cara menyamakan persepsi yang dibangun oleh kandidat dengan pemilih atau audiensnya.

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *