MAKASSAR,- Sebuah video memperlihatkan Gus Miftah, tokoh agama dan pendakwah kondang, mengolok-olok seorang penjual es teh di tengah acara pengajian telah memicu gelombang kecaman dari berbagai kalangan. Video yang viral di media sosial ini menunjukkan Gus Miftah dan sejumlah orang lain menertawakan penjual tersebut, memicu kritik tajam atas tindakan yang dianggap tidak pantas dan merendahkan martabat orang lain.
Kritik pedas datang dari berbagai pihak, termasuk Ketua KAMMI Makassar, Muhammad Imran. Imran menyatakan bahwa tindakan Gus Miftah sangat tidak mencerminkan sosok seorang tokoh agama yang seharusnya menjadi teladan. Ia menekankan bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan penghormatan terhadap sesama. Inran mengutip Surat Al-Hujurat ayat 11 sebagai landasan argumentasinya:
“Hai Orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan-perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok). janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan jangan kamu memanggil dengan gelar-gelar yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Ayat ini, menurut Inran, secara tegas melarang tindakan mengolok-olok dan merendahkan orang lain. Ia menambahkan bahwa penjual es teh tersebut hanyalah seorang yang mencari nafkah untuk keluarganya, dan seharusnya diperlakukan dengan hormat.
Meskipun Gus Miftah telah meminta maaf secara langsung kepada penjual es teh dan juga melalui media, kecaman publik masih berlanjut. Banyak yang menilai permintaan maaf tersebut tidak cukup untuk menghapuskan dampak negatif dari tindakannya. Permintaan maaf tersebut juga dikaitkan dengan teguran yang diterima Gus Miftah dari Sekretaris Kabinet, Mayor Teddy, agar tidak membuat pernyataan yang meresahkan masyarakat.
Kontroversi ini juga memunculkan kembali diskusi mengenai peran tokoh agama dalam masyarakat. Banyak yang menekankan pentingnya teladan dan perilaku etis bagi para tokoh agama, agar mereka dapat menjadi panutan bagi umatnya. Pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyatakan rasa hormatnya kepada pedagang kaki lima, seperti tukang ojol dan tukang bakso, juga menjadi sorotan dalam konteks ini.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya sikap hormat dan empati dalam berinteraksi dengan sesama, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar di masyarakat. Tindakan Gus Miftah telah menimbulkan pertanyaan besar tentang tanggung jawab moral dan etika bagi para tokoh publik, dan bagaimana mereka seharusnya menggunakan pengaruhnya untuk kebaikan dan kemajuan masyarakat.