Puncak Pemilu Tinggal Menghitung Hari: Masyarakat Dihimbau “Tidak Membeli Kucing dalam Karung”

Oleh: DR.H.Abdul Wahid,MA
(Akademisi & Muballig Makassar)

Istilah “jangan membeli kucing dalam karung” dalam konteks pemilu artinya masyarakat dihimbau agar jangan memilih pemimpin dengan ikut-ikutan tanpa didasari dengan pengetahuan mendalam terhadap sosok, rekam jejak serta program kerja yang ditawarkan dari setiap calon yang akan dipilih.

Secara administrasi semua calon yang ikut kontestasi pada pemilu ini adalah baik dan telah lolos verifikasi oleh KPU, baik caleg maupun capres, akan tetapi tentu kita ingin menjatuhkan pilihan pada calon yang terbaik dari semua calon yang ada.

Di sinilah perlunya para kontestan fokus menggunakan masa kampanye saat ini untuk memberi pendidikan politik kepada masyarakat, tanpa harus menjatuhkan atau menjelek-jelekan kandidat lain, serta menawarkan gagasan, program kerja, visi-misi yang realistis, terukur dan sesuai dengan kebutuahan masyarakat.

Dari ikhtiar tersebut di atas diharapkan memberi sumbangsih informasi yang signifikan kepada masyarakat sehingga secara bertahap akan meminimalisir adanya pemilih yang ikut-ikutan atau masyarakat yang “membeli kucing dalam karung”.

Sesuai jadwal yang ditetapkan oleh KPU puncak pelaksanaan pemilu tinggal menghitung hari tepatnya Rabu 14 Februari 2024 mendatang, oleh karena itu kita sebagai masyarakat harus lebih proaktif dalam mencari tau siapa sosok calon pemimpin yang layak mendapatkan mandat rakyat lima tahun mendatang.

Terlebih sebaran informasi yang sangat luas dan terbuka seperti saat ini seharusnya menjadikan masyarakat lebih mudah mengetahui dan menilai calon yang akan ia pilih pada hari pemungutan suara mendatang, sehingga masyarakat tidak memilih dengan ikut-ikutan atau buta-buta.

Ali bin Abi Thalib salah seorang sahabat Nabi Saw. yang tersohor namanya dalam dunia Islam pernah berkata; “Kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi, karena diamnya orang-orang baik”.

Pesan ini menjadi motivasi kita sebagai umat dan bangsa agar sekecil apa pun konstribusi kita dalam memperbaiki bangsa ini, akan sangat berarti termasuk dalam menggunakan hak politik kita pada pemilu mendatang.

Hadirnya pemilu adalah sarana untuk menyerap aspirasi masyarakat tentang keberlanjutan kepemimpinan daerah dan nasional lima tahun mendatang. Karenanya kontestasi dan persaingan dalam gelaran pemilu jangan membuat kita sebagai sesama anak bangsa saling membenci apa lagi saling menjatuhkan ketika pilihan politik kita berbeda dengan orang lain, karena pada prinsipnya perbedaan pilihan dalam demokrasi adalah hal yang lumrah.

Bukankah siapa pun yang keluar jadi pemenang dalam gelaran pemilu pada hakikatnya yang menang adalah seluruh rakyat Indonesia, karena telah berhasil melaksanakan pemilu dengan lancar dan damai didorong oleh semboyan “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”.(*)

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *