Oleh: DR.H.Abdul Wahid, MA
(Akademisi & Muballigh Makassar)
Rakyat Indonesia sebagai pemegang saham tunggal di republik ini akan kembali berhadapan dengan tahun politik sebagai konsekwensi dari akan digelarnya pemilu serentak pada tahun mendatang. Untuk itu sebagai bangsa yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang religius dan pancasilais pemilu kali ini sudah sejatinya semangat soliditas sesama anak bangsa terus dijaga.
Sesuai jadwal pada akhir bulan Oktober mendatang para peserta pemilu baik bakal calon legislatif maupun bakal calon presiden dan wakil presiden akan resmi didaftarkan ke KPU oleh partai pengusung, tentu hal ini akan semakin turut menghangatkan suhu politik di tanah air.
Menyongsong akan hal tersebut, memunculkan banyak prediksi dari berbagai ahli dan lembaga survei akan berbagai kemungkinan terjadi dari eskalasi politik di tanah air ke depan terutama yang berhubungan dengan pemilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden mendatang.
Hingga saat ini di tengah publik telah beredar tiga nama yang diprediksi akan menjadi bakal calon presiden menggantikan pemerintahan saat ini yakni Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo ketiganya merupakan putra-putra terbaik bangsa yang ke depan diharapkan salah satu dari mereka akan diberikan mandat oleh rakyat Indonesia untuk memimpin bangsa lima tahun mendatang.
Terlepas dari itu, pelaksanaan pesta demokrasi tahun ini cukup menarik karena jumlah mayoritas pemegang hak suara berada di tangan generasi Z atau generasi milenial. Untuk itu seharusnya hal ini menjadi pintu masuk para elite politik di tanah air untuk lebih memaksimalkan sosialisasi dan edukasi kepada generasi tersebut, agar mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman berdemokrasi dengan baik.
Terlebih tahun ini meningkatnya jumlah pemilih pemula dan secara psikologis generasi milenial adalah kelompok yang selama ini sangat rentan mudah diprovokasi oleh pihak tertentu untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu kamtibmas, karena jiwa mereka masih labil dan interaksi mereka terhadap dunia maya lebih intens.
Keberadaan generasi muda (milenial) adalah penentu arah masa depan bangsa Indonesia lima tahun mendatang hal ini sejalan dengan pesan ulama, “Generasi muda saat ini adalah pemimpin hari esok”. Karena itu, para elite politik harusnya kesepakatan mereka tidak hanya di atas meja terkait pelaksanaan pemilu tahun ini berjalan damai, namun dapat dibuktikan di lapangan dengan cara menghindari politik uang, penyebaran berita hoax dan tidak menggunakan politik hitam (black campagn), sehingga masyarakat semakin tercerahkan.
Di samping itu semua elite bangsa secara massif mensosialisasikan ke tengah publik bahwa perbedaan pilihan politik dalam dunia demokrasi bukanlah hal yang tercela atau dilarang, akan tetapi hal tersebut sah-sah saja dan yang tidak kalah pentingnya menghadapi tahun politik seperti saat ini diharapkan semua komponen bangsa terus meningkatkan soliditas dan kebersamaan dalam menjaga gangguan kamtibmas bersinergi dengan semua pihak yang terkait khususnya jajaran Polri, sehingga dengan demikian berbagai potensi gangguan kamtibmas dapat dicegah dengan tepat dan cepat sejak dini.(*)