Collaborated to Conservation, Aksi Rehabilitasi Terumbu Karang di Pulau Bontosua Kabupaten Pangkep

Pangkep, – Terumbu karang dengan segala macam manfaatnya, saat ini mengalami banyak tekanan baik dari kondisi alam maupun dari aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kerusakan terumbu karang di beberapa tempat.31 mei s.d 2 Juni 2024

Kolaborasi sangat penting dalam Konservasi Sumber Daya Alam termasuk Masyarakat Lokal, Pemerintah, dan LSM, menjadi penting dalam menjaga Ekosistem Laut. Masyarakat lokal memiliki pengetahuan tradisional yang berharga tentang laut, termasuk cara berkelana di lautan, membaca tanda-tanda alam, dan cara menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka juga sering kali menjadi penjaga area konservasi yang efektif karena mereka memiliki kepentingan langsung dalam menjaga laut tetap lestari.

Aksi rehabilitasi terumbu karang kali ini mengusung tema “Collaborated to Conservation” dengan tujuan utama untuk melakukan kegiatan transplantasi karang menggunakan metode VAR (Vertical Artificial Reef) yang dilaksanakan di Pulau Bontosua, Mattiro Bone, Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan, Sulawesi Selatan. Transplantasi terumbu karang ini dilakukan dengan penurunan 11 unit modul VAR, total ada 396 fragmen karang, dimana setiap modul terdapat 36 bibit.

Aksi rehabilitasi terumbu karang ini diinisiasi oleh Yayasan MAERO (Masyarakat Ekologi dan Reaksi Konservasi) berkolaborasi dengan DECONESIA (Deco Dive Indonesia), KKDC UCM (Kudu-Kudu Diving Club Universitas Cokroaminoto Makassar), BDC (Bontosua Diving Club), Karang Taruna IPPB (Ikatan Pemuda Pemudi Bontosua) serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan.

Selain aksi Transplantasi Karang, kegiatan ini juga melakukan pengumpulan data kondisi terkini seperti Kualitas Perairan (parameter fisika), Ekosistem (terumbu karang, padang lamun, ikan karang), Hidrooseanografi (kontur, pasang surut) dan GIS (peta, flow model). Dalam kesempatan ini juga dilakukan pengenalan dasar-dasar penyelaman kepada kelompok pemuda Bontosua yang diharapkan nantinya menjadi “Pengelola Kawasan Konservasi”

Direktur Eksekutif Yayasan MAERO, Rudi Rahmat berkomitmen untuk menambah jumlah karang yang ditanam nantinya dilokasi ini dengan harapan keberadaan terumbu karang ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik itu untuk kegiatan penelitian, perikanan, pariwisata dan sebagainya. Lebih lanjut Rudi Rahmat mengajak kepada seluruh pihak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang yang saat ini mengalami banyak kerusakan.

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *