Bupati Maros Chaidir Syam, mendorong terus menerus peran aktif semua masyarakat ikut serta memajukan Maros menuju kabupaten literasi. Salah satunya melibatkan peran aktif pengelola perpustakaan masjid yang dirintis para pengurus masjid, pegiat literasi dan aktivis masjid di semua sektor yang ada di kabupaten Maros. Chaidir Syam yakin hanya dengan kolabosari Pemerintah Kabupaten Maros, Perpustakaan Nasional RI dan Pemerintah Provinsi Sulsel akan mempercepat transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang juga telah dimulai dari masjid-masjid.
“Kami bersyukur karena Perpustakaan Nasional RI terus mendorong Kabupaten Maros menuju kabupaten literasi dengan membantui berbagai program dan penguatan sumber daya pustakawan di Kab. Maros” kata Chaidir Syam, saat membuka Seminar Nasional Literasi Berbasis Masjid, Basis Penguatan Indeks Kemajuan Literasi di Indonesia yang digelar Perpustakaan Nasional RI bekerja sama Panitia Nasional Munas II IKA BKPRMI, Jumat pagi di Baruga A Kantor Bupati Maros yang diikuti 150 orang peserta dari 19 Provinsi di Indonesia secara offline dan 10.000 orang peserta online dengan pembicara Deputi Arsip Nasional Dr. H.Andi Kasman, M.M. Tokoh Literasi Bachtiar Adnan Kusuma, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional Drs.Abdullah, M.M. dihadiri Plt. Kapus Analisis Pengembangan Budaya Perpustakaan Nasional, Dewi Kartika Sari.
Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, memuji kemajuan dan peran Bupati Maros Chaidir Syam yang punya perhatian besar untuk meningkatkan indeks pembangunan literasi masyarakat dengan melibatkan semua unsur masyarakat ikut serta terlibat. “ Saya memberi apresiasi tinggi kepada Pak Chaidir Syam yang begitu besar perhatiannya menujukkan kerja-kerja nyata tersruktur dan massif memajukan kemajuan indeks membaca di daerah yang dipimpinnya” papar Syarif Bando. Karena itu, Syarif Bando percaya takkan ada bangsa yang besar tanpa didukung dengan kemajuan sumber daya yang kuat. Caranya, katanya hanya dengan mendorong agar masyarakat memanfaatkan ruang baca masjid dan perpustakaan masjid sebagai ruang peningkatan sumber daya manusia melalui membaca buku.
Sementara itu, Ketua Umum Forum Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional, Bachtiar Adnan Kusuma, sepakat masjid menjadi basis penguatan Indeks Kemajuan Literasi. Bachtiar Adnan Kusuma yang juga tokoh perbukuan nasional dan mentor utama Gerakan Satu Masjid Satu Buku IKA BKPRMI dan Perpustakaan Nasional ini, menekankan bagaimana menggagas Gerakan Literasi Berbasis Masjid dengan menjadikan masyarakat masjid membaca sebagai sebuah kebutuhan pokok. BAK, menggambarkan bagaimana kemajuan suatu bangsa yang besar karena membaca. Misalnya katanya, Singapura bangsa yang jumlah penduduknya sangat kecil, namun bisa menjadi bangsa yang besar karena masyarakatnya menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidupnya. Demikian pula Malaysia di masa kepemimpinan Perdana Menteri Mahatir Muhammad, telah berbasil mendirikan peradaban dunia dengan membangun artefak sejarah monumental dengan hadirnya gedung kembar dan pabrik mobil troton.
Karena itu, BAK menegaskan pentingnya kolaborasi antar jamaah masjid dalam meningkatkan tumbuhnya ekosistem literasi produktif, sehat di masyarakat masjid. BAK menguraikan dengan jumlah 800.000 masjid di Indonesia, termasuk Provinsi Sulsel memiliki 14.400 masjid dan Kabupaten Maros 715 masjid, kalau terus menerus digerakkan kesadaran kolosal jamaah untuk menulis buku satu masjid, akan mengobati kurangnya akses buku-buku bermutu di Indonesia. “ Gerakan Satu Masjid, Satu Buku dimulai dengan menyusun dan membuat jadual membaca buku setiap hari di perpustakaan masjid” kunci BAK