Indonesia Memilih Pemimpin

Oleh Dr. H. Kaswad Sartono

Tulisan ini dimulai dengan ilustrasi ringan bahwa untuk mengibarkan bendera merah putih di setiap upacara bendera biasanya membutuhkan minimal 3 orang petugas, dan satu di antaranya dipilih dan disepakati untuk menjadi pemimpin.

Kenapa mereka harus memilih “pemimpin” karena pengibaran bendera sang saka merah putih itu memiliki makna perjuangan dan sakralitas dalam kehidupan bangsa dan negara. Setiap shalat berjamaah membutuhkan imam. Begitu juga setiap perjuangan juga membutuhkan komando dari pemimpin.

Jika mengibarkan bendera di setiap upacara saja diharuskan adanya seorang pemimpin yang memberi aba-aba, apatah lagi jika membawa bangsa dan negara Indonesia yang besar dan multikulturalistik ini menuju Indonesia yang berdaulat, damai, sejahtera, mandiri, dan berkepribadian secara hakiki dan substansi. Maka syarat utama dan pertama, Indonesia wajib memiliki pemimpin. Pemimpin yang bersyarat dan diyakini mampu membawa NKRI menuju pulau harapan sesuai cita-cita para founding fathers kita.

Hari ini, 14 Februari 2024 bangsa Indonesia memilih pemimpin negara dan bangsanya yakni Presiden dan Wakil Presiden (di samping memilih wakil-wakilnya di lembaga legislatif dan anggota senator) untuk memastikan perjalanan Indonesia 5 tahun ke depan.

Tiga pasangan Capres-Cawapres sudah ditetapkan KPU yakni Pasangan No. 1 Anies Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar; Pasangan No. 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka; dan Pasangan No. 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Ketiga Capres-Cawapres inilah oleh Partai Pengusung/Pendukung/Tim Pemenangan/Tim Sukses atau relawannya sudah dipublikasikan, sudah kampanyekan visi dan misinya masing-masing melalui berbagai media dan cara sesuai strategi “perang” politiknya, baik “perang” darat, laut dan udara, baik offline maupun online, baik dunia nyata maupun dunia maya. Inilah dinamika politik yang begitu dahsyat. Bahkan ada teman bilang: “Politik itu membutuhkan dua jantung. Kalau cuma punya satu jantung, jangan coba-coba bermain di panggung politik.”

Untuk merebut “Kemenangan” Capres-Cawapres, pastilah seluruh daya, ikhtiar, dan usaha sudah dilakukan. Sosialisasi dan kampanye sudah dimaksimalkan. Bekerja dan berdoa pun diikhtiarkan. Alat peraga kampanye, bantuan sembako, bahkan mungkin “serangan fajar” juga diupayakan. Ini semua dilakukan dalam rangka meraih “kemenangan” bukan hanya kemenangan dalam perspektif kuantitatif maupun kemenangan kualitatif. Perilaku politik ini sejalan dengan aliran Qadariyah (free will) dalam pemikiran Islam yakni memaksimalkan kebebasan berusaha dan kasab manusia untuk meraih perbaikan, perubahan dan penyempurnaan nasib Indonesia 5 tahun ke depan.

Nah, sebelum masa tenang, para politisi dan relawan sudah melakukan rangkaian mujahadah apa yang dipandang baik dan efektif dalam meraih kemenangan. Masa tenang merupakan masa muhasabah yakni waktu perenungan,kontemplasi dan evaluasi, sejauhmana efektivitas mujahadah baik secara personal maupun kolektif (koalisi).

Bangsa Indonesia yang multikulturalistik ini sudah cukup dewasa dan sangat cerdas, sudah terbiasa hidup dalam kondisi perbedaan, sudah biasa dalam alam demokrasi.  Hari ini, Rabu 14 Februari 2024 adalah hari penentuan suara warga negara dalam memilih pemimpinnya secara jujur,adil, bebas, langsung dan rahasia. Hari “pencoblosan” adalah hari penentuan takdir para Capres-Cawapres. 

Ditakdirkan Allah sebagai Presiden – Wakil Presiden RI pasca Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma’ruf Amin atau tidak? Ditakdirkan atau belum ditakdirkan masing-masing punya nilai dan hikmah. Bahkan Syekh Ibnu Athoillah dalam kitab al-Hikamnya berpandangan: “sawabiqul himam la takhriqu aswaral aqdar” (sekuat-kuatnya semangat dan cita-cita -manusia- tidak akan mampu merobek rahasia takdir).

Luar biasa dedikasi, kerja keras dan kolaborasi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam rangka menyukseskan Pemilu 2024. KPU, Bawaslu, Partai Politik/Plotisi, Polisi, TNI, Ulama dan Tokoh Agama, bahkan rakyat kecil pun terlibat dalam proses distribusi logistik dan kotak-kotak suara di daerah-daerah terpencil yang tak terjangkau alat transportasi umum, misalnya di pedalaman Gorontalo, Aceh, Papua, Bondowoso Jawa Timur dan lain-lain.

Olrh karena itu, siapa pun dan pasangan Capres-Cawapres manapun yang memenangkan politik hari ini, itulah yang ditakdirkan Tuhan untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI Periode 2024 – 2029. Presiden dan Wakil Presiden untuk seluruh bangsa Indonesia, baik rakyat yang memilih maupun yang tidak memilih. Presiden-Wakil Presiden untuk semua Partai Politik, suku dan ras, dan umat beragama.

Semoga Pemilu 2024 dapat berjalan dengan baik, jujur adil, saling menghormati, dan berakhir dengan penuh kegembiraan. Selamat Memilih Pemimpin untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Makassar, 14 Februari 2024

Dr. H. Kaswad Sartono

Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Makassar

Pos terkait

banner 300600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *